Rabu, 16 Mei 2012

DEMOKRASI penting bagi sebuah NEGARA

Rusia - negara pecahan terbesar Uni Soviet - mewarisi sumber-sumber potensil dari bekas negara komunis tersebut. Baik sumber alam, sumber daya manusia dan militer. Negara pecahan lainnya seperti Estonia, Latvia, Lithuania, Georgia... tidak cukup berperan dalam kancah politik dan perekonomian dunia dibandingkan Rusia. Sekalipun sudah dipecah menjadi beberapa negara, Rusia yang menguasai wilayah terbesar Uni Soviet mewarisi status negara terluas dunia - hampir dua kali negara China yang berada di urutan kedua. Tapi jumlah penduduknya terbilang kecil untuk negara seluas itu yaitu di urutan ketujuh sekitar 143 juta jiwa.

Rusia berbentuk negara Federasi, dengan kepala negara Presiden dan kepala pemerintahan Perdana Menteri. Presiden pertama Rusia adalah Boris Yeltsin, sosok yang didukung oleh Mikhail Gorbachev - Pimpinan dan Presiden terakhir Uni Soviet. Yeltsin mundur pada masa-masa akhir jabatan keduanya di tahun 1999. Kondisi perekonomian yang buruk, pengangguran yang tidak terbendung, oligarky oleh segelintir kelompok adalah sumber utama timbulnya korupsi dimana-mana. Rakyat yang terpuruk sementara kelompok kecil tersebut hidup berfoya-foya dan gramour menimbulkan gerakan rakyat.  Hampir di seluruh kota-kota besar Rusia rakyat turun ke jalan, pemandangan yang aneh di sebuah negara bekas komunis. CNN pun tiap hari live.

Yeltsin mundur dan mengangkat PM Vladimir Putin sebagai pejabat sementara Presiden. Putin seorang sarjana hukum dan mantan pejabat tinggi KGB pada pemilihan resmi 26 Maret 2000 berhasil mendapatkan 52,94 % suara, dan resmi menjadi Presiden Rusia. Di tangannya perekonomian Rusia meningkat pesat Gross Domestic Product naik 72 %, tingkat kemiskinan turun lebih 50 %, gaji rata-rata dari US $ 80 menjadi US $ 640/bulan dibandingkan masa Yeltsin. Dan ini memuluskannya menjabat kedua kalinya 2004 - 2008, periode kedua ini Putin mengangkat Dmitry Medvedev sebagai PM.

Power tend to Everything. Setelah menjabat dua periode, penyakit incumbent yang keenakan pada jabatan juga menghinggapi Putin, bahkan beliau terlihat menyolok sekali. Jabatan Presiden yang menurut konstitusionil Rusia hanya maksimum dua periode, maka dia dengan tidak malu-malu bersedia diangkat jadi PM oleh Medvedev yang menjadi Presiden 2008 - 2012. Dan ketidakmaluannya makin melewati batas, ketika 2012 ini Putin mencalonkan diri lagi sebagai Presiden dengan memanfaatkan kelemahan bahasa dalam konstitusionil yang diterjemahkannya "kalau berturut-turut hanya boleh dua periode."

Pantas rakyat Rusia sampai hari ini masih turun ke jalan melakukan demonstrasi memprotes pengangkatan Putin untuk masa jabatan 2012 - 2016. KKN tercium sangat kental, Medvedev kembali diangkatnya sebagai PM.

Sungguh di luar batas nalar. Bagaimana seseorang yang menjadi Presiden kemudian bersedia menjabat sebagai Wakil Presiden, lalu kemudian jadi Presiden lagi dan kroni menjadi Wakil Presiden. Berulang-ulang sampai ujur. Adalah mutlak demokrasi harus ditegakkan pada sebuah negara yang ingin berkembang dan maju.

SMT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar